www.eric-senjaya.co.nr


Menerapkan Pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri
28 Juli 2012, 13:43
Filed under: Uncategorized

Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri, namanya mungkin tak asing. Seperangkat instrumen yang dikenal sebagai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ini memang cukup populer. Pasalnya, berdirinya sebuah pabrik biasanya dibarengi dengan pembangunan IPAL agar lebih ramah lingkungan. Namun, kepopuleran IPAL tak senada dengan kepopuleran konsepnya. Kata orang mah, ”lieurrr, nu penting mah jalan we lah teu kudu rieut-rieut nyieun.”

Padahal, bila ditelisik lebih dalam konsep IPAL ternyata mudah dipahami, IPAL tak lain adalah penerapan ilmu fisika, kimia, dan biologi yang sudah kita kenal di bangku sekolah. Konsep IPAL yang terdiri atas equalisasi, koagulasi, aerasi, dan filtrasi ini didalamnya ada konsep fisika (koagulasi dan filtrasi), kimia (koagulasi), serta biologi (aerasi).

Sebelum masuk equalisasi, biasanya limbah cair masuk ke dalam inlet equalisasi. Inlet ini merupakan proses awal pengolahan limbah, dimana limbah cair disaring untuk memisahkan antara air dengan serat kasar yang terkandung di dalamnya. Air limbah hasil penyaringan awal ini kemudian diukur tingkat keasamannya (PH), belerang (Sulfur), Chemical Oxigen Demand (COD), warna, dan Sulfur trioksida (SO3).

Kemudian, air limbah masuk ke equalisasi. Sesuai namanya, equal (sama), adalah proses homogenisasi atau penyeragaman perbedaan karakteristik limbah dari berbagai proses. Tujuannya, untuk menyeragamkan konsentrasi dan debit aliran air. Di equalisasi ini, kembali diukur PH, warna, COD, SO3, dan tinggi equalisasi (level).

Air limbah keluaran equalisasi masuk ke dalam koagulasi. Koagulasi merupakan pengolahan secara kimia untuk menggumpalkan zat-zat tersuspensi pada limbah. Bahan kimia yang digunakan adalah Asam Sulfat, NPC, Nalco, dan Polymer Anionik. Fungsinya, memisahkan kandungan zat-zat yang tersuspensi (flok) agar proses penjernihan berjalan lebih mudah.

Parameter yang diukur di tahapan ini adalah Debit, SBN SPT b131 ( jartest & koagulasi), Bj kaustik soda in koagulasi, H2SO4 pada kanal in dan out koagulasi, pH, dan warna. Baku mutu untuk PH adalah 9 hingga 11, sedangkan untuk warna kurang dari 2000.

Flok-flok hasil koagulasi kemudian ditampung dalam wadah seperti bak raksasa. Di sinilah fisika berperan. Dalam teori gravitasi, benda selalu jatuh ke permukaan bumi. Nah, flok yang bermassa berat yang ada di bak tentu akan mengendap, flok yang jernih berada diatasnya. Sementara itu, flok-flok yang lain terus memenuhi bak hingga meluap, maka air jernih lah yang ada dipermukaan atas. Proses ini dikenal dengan primary treatment.

Air limbah keluaran primary treatment masuk ke bak lamela (pra aerasi). Pra aerasi berguna untuk mengendapkan kembali air limbah dari primary treatment agar tak ada endapan yang tersisa. Kembali diukur parameter pH, warna, Suspended solid, SO3, PO4, dan NH4+.

Setelah air limbah dirasa cukup jernih dan memenuhi baku mutu, dialirkan dalam aerasi. Konsep Biologi yang digunakan di sini. Aerasi adalah mengolah limbah dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Setelah itu, limbah di aduk menggunakan mixer untuk menjaga kebutuhan oksigen agar mikroorganisme yang dimasukkan bertahan hidup. Proses ini menggunakan lumpur aktif. Kemudian, mengontakkan lumpur aktif dengan udara Luar dengan bantuan alat berupa aerator dengan harapan akan terjadi proses oksidasi antara zat organik dengan oksigen yang ada di udara bebas.

Parameter yang diukur di Inlet aerasi adalah pH (antara 8 hingga 10), SO3, COD (≤1200), warna, dan sulfida. Sedangkan yang diukur di Aerasi adalah pH (antara 6 hingga 9), NH4, SV 30menit (900-1000), SVI (100-250), DO (2-4), temperature (25-40), tinggi aerasi, (265-275/295-305), MLSS (4000-7000), dan F/M.

Langkah selanjutnya, memisahkan lumpur aktif yang berasal dari aerasi tadi dengan air. Proses ini berjalan hingga didapat parameter yang sesuai baku mutu. Parameter PH (6-9), SS(<40), COD (<125), dan warna (<180).

Lalu, langkah terakhir adalah disaring (filtrasi). Proses fisika ini dilakukan dengan memisahkan padatan-padatan yang masih terkandung dalam air buangan dengan memanfaatkan media pasir silika dan carbon filter. Hasil keluaran dari filter ini diharapkan sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan dan dari hasil keluaran dapat di buang kesungai.

Untuk memeriksa apakah keluaran filter aman atau tidaknya dibuang ke sungai, bisa dibuat kolam ikan sebelum air dibuang. Bila air tetap hidup di air hasil IPAL, berarti aman bila dibuang ke sungai. Bagaimana, mudah bukan? Selamat mencoba. (Eric Senjaya)


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar