www.eric-senjaya.co.nr


Memanfaatkan Air Hujan dengan Sumur Resapan

”Aneh nya di kota mah. Mun usum halodo hese cai, warga ngalantri mareuli cai. Ari pas usum hujan, kalahkah banjir, warga ngarungsi. Kunaon ieu teh?”

Ya. Kondisi seperti inilah yang kerap terjadi di Kota besar. Tak hanya di Bandung, keadaan serupa terjadi di beberapa kota besar seperti Jakarta dan kota lainnya. Salah satu penyebab, kurangnya area resapan air.

Di musim penghujan, tanah di kota yang hamper seluruhnya dilapisi semen dan aspal membuat air hujan tak bisa merembes dengan lancar ke dalam tanah. Kota tak ubahnya seperti bak penampung air raksasa. Kondisi ini diperparah dengan minimnya daerah resapan air seperti taman dan ruang terbuka hijau.

Tak selesai sampai di situ. Masalah lain muncul di musim kemarau. Penyerapan air yang kurang maksimal di musim hujan tadi membuat cadangan air tanah pun menjadi sedikit. Alhasil, warga sukar memperoleh air tanah di musim kemarau. Dalam kondisi ekstrem, terkadang di musim hujan pun masih sulit mendapat air bersih. Bila ini dibiarkan, tentu kita mengalami krisis air bersih yang tanda-tandanya belakangan sudah terasa.

Sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI mendengungkan Gerakan Sumur Resapan. Gerakan yang terdiri dari membuat parit resapan, area resapan, dan sumur resapan ini cukup mudah diterapkan di perumahan warga kota.

Sumur Resapan adalah sistem resapan buatan yang bisa menampung air hujan baik berupa sumur, parit maupun taman resapan. Cara membuatnya dibedakan menurut kondisi rumah dan lingkungannya. Yaitu sumur resapan untuk rumah bertalang air, rumah tak bertalang air, dan sumur resapan untuk area terbuka atau taman.

Untuk rumah bertalang air, pembuatan sumur resapan bisa dilakukan di lokasi yang berjarak satu meter atau lebih dari pondasi rumah dan dekat dengan lokasi talang pembuangan air hujan. Setelah ditentukan lokasi yang tepat, buat sumur dengan diameter 80 hingga 100 cm sedalam 1,5 meter tetapi jangan melebihi muka air tanah.

Untuk memperkuat dinding tanah, masukkan besi beton tiga buah dengan panjang masing-masing 50 cm. Jika tidak ada besi beton, dapat digunakan batu bata.

Air hujan yang keluar dari talang air dimasukkan ke dalam sumur resapan melalui pipa pemasukan. Tak ketinggalan, pada sumur resapan diberi pipa pembuangan ke selokan atau drainase jalan agar air tidak meluap. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari drainase jalan itu.

Kemudian, lubang sumur resapan diisi batu koral setebal 15 cm dan bagian atas sumur resapan ditutup dengan plat beton. Di atas plat beton penutup ini dapat dimodifikasi menjadi taman atau dipasang pot-pot tanaman agar tampak cantik.

Sementara itu, bila rumah anda tak bertalang air, tak perlu khawatir. Bisa digunakan tambahan parit dengan lubang biopori dan bak kontrol sebelum air masuk ke sumur resapan.

Caranya, Anda bisa membuat parit sepanjang curahan air hujan dari atap dengan lebar 20 hingga 30 cm dengan kedalaman 10 hingga 15 cm. Di dalam parit, buat sepuluh lubang resapan biopori dengan jarak merata sepanjang parit. Lubang resapan biopori dibuat menggunakan bor biopori sedalam kurang lebih 1,5 meter.

Apabila jarak parit pendek sehingga jumlah lubang resapan biopori tidak terpenuhi, maka curahan air hujan dari atap dapat dihubungkan dengan sumur resapan yang mempunyai bak kontrol sebagai penyaring endapan. Lubang resapan berpori tersebut ditutup dengan saringan sebelum ditimbun batu koral.

Terakhir, bila dirumah anda memiliki areal terbuka atau taman, pembuatan area resapan pun bisa dilakukan. Caranya, di halaman atau taman rumah dibuatkan pembatas tembok yang tingginya 5 hingga 10 cm sehingga air hujan akan terkumpul.

Buatkan pula lubang-lubang resapan dengan kedalaman sekira 30 cm yang tersebar di taman, sebaiknya dibuat dekat tanaman sehingga tanaman tidak perlu disiram dan tidak kelebihan air pada musim hujan

Tertarik? Segera tangkap air hujan di sekitar rumah anda agar krisis air bersih dan banjir tak menjadi langganan. Lakukan segera agar dimusim kemarau tak kekurangan air, di musim hujan tak kelebihan air (banjir). Selamat mencoba! (Eric Senjaya)


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar